Jumat, 18 Juli 2008

Selamat Datang di Negeri Angka

Minggu lalu, orang pada pikuk. Ada angka-angka yang sedang ditunggu, diharap, dihindari dan diminati. Ada pula yang pikuk menganalisa, mencari korelasi bahkan ngudoni. E..ternyata keluar betulan, bahkan sampai as-as nyasekalian. Kata tukang becak tetangga saya, yang keluaar 3513. Ya, ternyata Gus Dur masih mbarokahi.
Angka-angka itu memang kisarannya antara 1 sampai 34. Tapi itulah sebagian Indonesia kita. Ini masih sangat awal,belum apa-apa. Iklan masih sedang digagas bahasanya dan percetakan-percetakan masih memburu katalag harga-harga tinta dan vinyl juga kain dan benang-benang renda.
Sebentaar lagi juga akan digagas, prakira dan prosentase-prosentase. Petugas profesional partai membuka-buka buku angka-angka, data-data 2004 lalu dikompirasi dengan data pilkada, pilkades bahkan pilka RT. Sementara adaa pula yang menggagas gerakan diam aja, tak penting 2009 yang penting pada pilkada berikutnya sikap partai bisa dijual.
Lalu secara individu, caleg-caaleg juga siaap mengasah angka-angka. Mulai siapa yang S-nya lebih banyak, sehingga layak di angka kecil. Sebagian lagi yang cerdas, mengkomparasi data-data APBD-APBN dan angka-angka perkembangan penduduk.
Sekelompok lain para pakar, juga menggelar angka-angka sosial yang dikaitkan popularitas.
Oh..negeri ini segera menjadi negeri angka-angka. Masalah apakah itu realitas atau rencana yang dipaksaakan, sehingga harus membeli ketua, membeli kepala, membeli rakyat dan bahkan membeli KPU.
Oh..negeri ini akan jadi negeri angka-angka. Kurang lebih saatu juta caleg menunggu di angka berapa dan dapat berapa. Persoalan rencaana kerja daan lain-lain bisa digagas kemudian atau untuk sekedar jargon.