Rabu, 03 Desember 2008

Yiyit Randu

Lha ini gimana..kok hanya untuk menanam setangkai pohon oleh SBY, semua tentara sibuk mengamankan. HT dan HP melonjak sana, melonjak sini dan mobil berngiung-ngiung memutari tempat-tempat upaacara, dari Jakarta hingga Papua..
Lha ini gimana? Lurah dan para kepala dukuh pada bingar, demikian juga istri-istri bersiap sejak shubuh, e..lupa anaknya yang masih TK belum disiapkan bekal bontrotnya.

28 Nopember itu, iklan-iklan di TV menslide kepala negara sedang mencangkul di taman datar,, juga juru bicara berkumis berdehem-dehem di belakangnya. ya..hanya untuk menanam setangkai pohon langka.

Kalau aku jadi presiden..cukup kuperintahkan tentara yang sedang nganggur, dan Polantas juru tilang untuk menjumputi bebijian yang mudah thukul. bukankah lebih baik Satpol PP menjumputi biji rambutan dan mundung di pasar-pasar templek daripada memberangus mujahidin keluarga dari trotoar kota. Bukankah lebih baik mengumpulkan klentheng di antara kepik di tumpukan kapuk randu..mudah dan murah, apalagi bila melipatkan Satgas Parpol dan para caleg..lebih cepat dan terkendali.

Temanku..jangan tertawa dengan ide ku ini, aku hanyalah warga pedukuhan yang kemleso..tapi lihat..bila bebijian telah terkumpul dan para paraglider siap dengan pesawat capung..biji-biji disebar dalam deret acak di muka seluruh pulau. Klenteng yang tak teratur berhimpit dengan biji waru dan pongge. Klentheng-klenteng tersebar luas ke seantero Nusantara, cepat tumbuh dan berakar.

Meski tak berbaris teratur tetapi cepat segar dan merasuki jiwa, hijaunya dan walang yang segera datang juga tawon muda riang hinggap..Biarlah tidak beraturan, bukankah dulu hutan-hutan di gunung Bethet juga tak beraturan. Belum ada 200 tahun ini, hutan harus berbaris berjarak 4 kali 4 meter persegi. Dulu hutan kita bertumbuhan aren tak beraturan, baru-baru ini saja sawit harus berbanjar berlintang.

Setelah klentheng-klentheng bertumbuh kira-kira setengah meter, lalu bebiji wijen juga ditaburkan dari pesawat-pesawat ringan FASI dan peterjun paralayang..juga biji bunga matahari. Tidak..jangan berpikir berapa kilo hasilnya perbatang, berapa ton perhektar..tapi hanya untuk menata unsur hara seorganik mungkin.

Mengapa harus klentheng randu, mengapa tidak isi jati kloning? Karena pengadaan klenteng tak perlu tender, cepat tumbuh dan pohonnya tidak membuat melek wong ndeso pinggiran alas..Tetapi sebaliknya jati klon, sudah mahal harus dirawat pula.

Sayang seribu sayang..presidenku seperti artis dan superstar, orangnya wibawa dan langkahnya terjaga. Dari kursi ke podium harus segini langkah, bila lebih atau kurang..salah semuanya.

Mengapa harus klentheng?sekali lagi mengapa harus klentheng?

Oh..berat rasanya aku harus menjaawab, aku harus menata untuk mengurai jawab sebaik mungkin dan tidak menyinggung perasaan beberapa pihak. Jawaban saya, karena klentheng akan tumbuh pohon randu yang perkasa, wibawa dan berguna. Karena pohon randu telah memberi berkah pada keluargaku di dukuh phalamanis ini. Karena randu menghidupi cintaku dan harapanku, yang terpendam jauh.

Mengapa harus Randu, bukankah ada pohon Pala yang bersejarah?

Oh..berat pula aku menjawab, tetapi dengan linang air mata empati pada sahabatku Muflihin, S.Psi, MM..yang sekarang sedang merenung sambil mencuci bajuan putra semata wayangnya di daerah Sengkaling Malang, baiklah aku akan menjawab. Bahwa randu memiliki yiyit yang anyes dan kulit yang kenyal tapi lembut, bisa di bikin sepatu..oh..terpaksa aku harus menjawab.

Satu malam di minggu yang lalu, seusai rapat di Royal Orchid Batu, aku sempatkan mengunjungi teman, sahabat dan minongko kakak di masa kuliah dulu. Hampir dua jam kami bersua, aku hendak pamit, tapi ada satu tanya dari Mas Muf, ia minta info tentang ahli orthopedi alternatif, bukan dokter cukup tukang urut. Signal kecerdasanku mengarah kepada ketidakhadiran anak balitanya dalam dialog kami, saya duga naknya terkena "kaki stik golf"..oh ternyata benar.

Maka aku ceritakan kebangganku atas kakekku yang perkasa, KH. Shafwan bin Muhammad Imam, pengasuh tunggal Bhumi Phalamanis..aku menceriterakan keperkasaan dan kehebatannya, aku banggai sebagai tulang dalam punggung kami, beliau bukan politisi (berhati lokal daan uang) dan bukan ketua Kopontren atau terlibat kriminal, meski dibui di Surabaia dan Banda Neira, di tahun 1930-an sebagai pemberontak Hindia, dan wafat sebagai pensiunan Perintis Kemerdekaan.

Suatu ketika, di tahun 1970 lahir dari rahim ibuku, seorang bayi lelaki terharap 5 tahun lamanya. Ia adalah kakakku Mohammad Bagus.. Betapa gemetar hasta bapakku menerima anugerah tertinggi..sama sekali tidak ada "kata tapi" dalam kelahiranya. Yang ada adalah janji ikhtiar dalam seluruh relung keluarga. Kakakku berkaki "Stik Golf".

Sebagai tanggung jawab, ada upaya untuk ke beberapa dokter..tetapi kakekku tidak. Tiap pagi dan sore sehabis kakakku dimandikan, tangan lembut mbah kung mengurut dengan yiyit randu, membikinkaan sepatu dari kulit randu dan menalikan rapat-rapat. Ya..tiap sore dan pagi.

Hampir 9 bulan lamanya, mbah kung dengan telaten menanganinya..dan di usia semua balita berdiri untuk berlari..Alhamdulillah kakakku Mohammad Bagus mampu pula berlari, bermain bola, aktif Pramuka. Yach..dia sekarang normal senormal-normalnya, tiada ada bekas dan tanda derita..kini anaknya sudah tiga.. dan tiap pagi ke pasar templek jualan sari kedelai karyanya.

Mengaapa harus klentheng? karena klentheng telah mernyemarakkan Dukuh Phalamanis kita

1 komentar:

Anonim mengatakan...

sebenarnya pemikiran yang sederhana dan tidak muluk-muluk, dan dibalik cerita ini ada sebuah makna yang mendalam tentang arti sebuah KLENTHENG...

Akhirnya hanya bisa bilang... se-andai-nya, Andaikata dan Jika... serta Se-umpama... para petinggi memahami dan mengerti serta tidak memiliki keteguhan hati serta nurani dengan penuh ke-ikhlasan dalam mendamarbaktikan tenaga dan pikirannya pada negeri ini... tentu pemikiran sederhana itu bukan merupakan sesuatu yang aneh...